Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Friday, 31 December 2021

Muhasabah Pergantian Tahun

 Muhasabah Pergantian Tahun

     Kita telah memasuki pergantian tahun Masehi yaitu tahun 2022. Dengan bergantinya tahun, kita telah melewati tahun-tahun sebelumnya dan tentunya umur kita pun semakin berkurang. Di sinilah kita harus introspeksi dan merenungi apa yang sudah kita lewati di tahun sebelumnya dan apa yang akan kita lakukan di tahun berikutnya.  Perihal ini, Islam telah menjelaskan dalam surah Al-Hasyr ayat 18: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”.


      Pada ayat ini kita diperingatkan untuk selalu muhasabah diri atas setiap perbuatan yang  telah kita kerjakan, agar amalan yang akan kita lakukan mendatang semakin berkualitas. Sebab muhasabah diri atas kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat bertujuan agar amalan-amalan buruk tidak terulang dan mampu meningkatkan amal kebaikan sebagai bekal di akhir nanti.


    Pernahkah kita merenung atas kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat selama setahun lalu yang terlewati? Selagi mampu merenung, berfikir atas kesalahan, serta masih mempunyai hati dan perasaan untuk menyesali perbuatan yang telah diperbuat, marilah merenung dengan cara memohon ampun kepada Allah SWT dan bertekad untuk tidak menjatuhkan harga diri kita dihadapan-Nya dengan mengulangi kesalahan-kesalahan lalu.


    Terkadang kita terlena tiap pergantian tahun ini, jumlah umur kita yang berkurang tahun demi tahun, membuktikan bahwa kesempatan kita ternyata semakin sedikit. Saat ini kita masih diberi kesempatan usia. Maka mari kita gunakan sebaik-baiknya, karena betapa banyak orang-orang yang terlebih dahulu mendahului kita ingin hidup kembali hanya untuk berbuat kebaikan di dunia, untuk memperoleh amal kebaikan yang banyak.


    Selagi masih muda, jangan tinggalkan kewajiban-kewajiban ibadah, dan iringi kegiatan tersebut dengan sunnah-sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw. Karena disaat tua nanti, kalau kita lewatkan kewajiban-kewajiban serta sunnah-sunnah maka akan datang penyesalan yang ada di diri kita. Dan ketika kita mempunyai harta berlebih oleh Allah Swt, maka pergunakan sebaik-baiknya, gunakanlah harta itu untuk membantu fakir miskin, anak yatim, membangun madrasah-madrasah, membangun rumah tadabbur Al-Qur’an dan membangun sekolah-sekolah untuk anak kurang mampu. Karena tidak hanya bermanfaat bagi kita ketika di dunia, tetapi kita mendapatkan amal kebaikan untuk di akhirat kelak. 


    Setiap pergantian tahun baru akan terjadi banyaknya pemborosan, seperti halnya mengadakan konser musik, membeli kembang api, petasan, dan lain-lain. Hal ini sangat tidak disukai oleh Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt membenci tigal hal pada kalian : kabar burung, membuang-buang harta dan banyak bertanya” (H.R Bukhari).


    Pada pergantian tahun baru ini juga, banyak di antara umat muslim yang lalai dalam mengerjakan shalat. Karena terlalu asik fokus pada riuh dan partisipasinya di pergantian tahun baru tersebut. Sedangkan pada pergantian tahun alangkah baiknya digunakan untuk muhasabah diri dan merenung atas perbuatan-perbuatan yang telah lampau.


    Kita harus berfikir bahwa tahun ini lebih baik dari tahun kemarin, dan tahun besok harus lebih baik dari tahun ini. Maka pergantian tahun ini sebagai ajang untuk koreksi diri serta merenungkan kembali apa-apa yang diperbuat pada tahun lalu. Jika amalan buruk di tahun 2021 maka harus bertekad bulat untuk memperbaiki amalan-amalan itu di tahun 2022 ini. Wallahu A’lam Bisshawab.

Author : Aulia Zahra (Mahasiswi Semester 3 STIQ Ar Rahman Prodi Ilmu Hadist)

Thursday, 9 December 2021

Self healing dalam Islam

 Self Healing  dalam Islam 

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini kita tidak akan terlepas dari yang namanya ujian. Setiap orang beriman pasti akan diuji, baik diuji dengan kebaikan atau dengan keburukan. Sebagai orang beriman kita harus meyakini bahwa setiap ujian yang datang itu untuk meningkatkan derajat kita di sisi Allah Swt serta membuat kita menjadi pribadi yang kuat dan mempunyai empati kepada sesama manusia.

       Setiap pribadi mungkin akan berbeda dalam menyikapi setiap ujian. Ketika suatu masalah dan ujian menimpa, apalagi itu adalah suatu keburukan yang tidak kita inginkan, kita pasti akan merasa sedih, cemas, marah, takut, menyalahkan diri sendiri bahkan hingga depresi. Hal itu merupakan sesuatu yang valid atau nyata sebagai luapan emosi dalam diri dan tidak bisa disangkal terus menerus. Tapi tentunya kita tidak ingin terjebak dalam keadaan seperti itu sehingga membuat kita patah semangat, lupa akan tanggung jawab terhadap agama dan diri sendiri.

Namun sering kita temukan orang-orang menjudge bahwa ketika seseorang bersedih, stress, anxiety itu disebabkan karena kurang iman. Rasulullah Saw yang tidak diragukan keimanannya pun pernah bersedih ketika Khadijah istri tercintanya meninggal dunia hingga tahun itu disebut dengan tahun kesedihan. Penghakiman terhadap keimanan seseorang bisa jadi akan menambah beban yang ia rasakan. Padahal manusia tidak bisa sama sekali mengukur keimanan seseorang.

Jiwa (batin) sama seperti halnya tubuh (fisik), terkadang ada waktunya ia sakit dan harus segera disembuhkan. Salah satu cara untuk mengobati luka batin yang kita alami adalah dengan self healing. Self healing adalah sebuah proses untuk menyembuhkan diri sendiri dari luka batin yang menganggu emosi menggunakan tenaga pribadi yang bertujuan untuk memahami diri sendiri, menerima ketidak sempurnaan, dan membentuk pikiran positif dari apa yang telah terjadi.

Di dalam Islam dikenal dengan muhasabah atau instropeksi diri. Proses ini bisa dilakukan dengan cara yang pertama, yaitu mengenal diri mengetahui bahwa kita hanyalah seorang hamba Allah yang hanya bisa menerima segala qada dan qadar dari Allah. Ketika kita mengenal posisi kita maka kita akan percaya bahwa di dunia ini ada hal yang berada pada kendali kita, dan ada hal yang berada di luar kendali kita atau berada dalam kendali Allah Swt.

Cara yang selanjutnya, yaitu menerima diri sendiri. Menerima di sini maksudnya adalah menerima segala hal-hal yang berada di luar kendali, menerima segala kekurangan diri dan mengakui semua bentuk luka yang hadir di dalam hati. Penyangkalan atau denial terhadap emosi negatif yang masuk ke dalam diri hanya akan menjadi boomerang yang suatu saat pasti akan meledak. Tujuan utama dari penerimaan diri adalah kita bertobat kepada Allah Swt atas segala kelemahan diri sehingga kita kembali hanya berharap (tawakkal) kepada Allah yang Maha Kuat. Menerima segala emosi negatif juga akan membuat batin kita lebih tenang.

Cara yang terakhir berpikir positif atau bersyukur, yaitu dengan mengingat semua hal baik yang telah kita terima dalam hidup, mencatat semua hal yang telah kita raih. Dengan bersyukur kita akan lebih mampu bahagia karena menyadari betapa banyaknya nikmat dan karunia yang telah Allah Swt berikan. Selain dapat mendatangkan ketenangan, perasaan berdaya dan bersyukur atas pertolongan Allah juga mampu mendatangkan optimisme dalam menghadapi masalah.

Demikian beberapa cara self healing yang bisa kita lakukan dimulai dari mengenal diri, menerima diri dan yang terakhir berpikir positif atau bersyukur. Dengan upaya ini diharapkan kita bisa menyembuhkan diri dari luka batin dengan cara yang Islami dan juga mendekatkan diri kepada Allah Swt. Hal ini semakin membuktikan bahwa Islam adalah agama sempurna yang mengatur dan memberikan solusi dari segala hal yang kita hadapi.

Author : Aldita Rizkia Khalifatul Huda (Mahasiswi Ilmu Al-Quran dan Tafsir semester 5)



 


 

 

 

 

Thursday, 25 November 2021

Peran Orang Tua dalam Membangun Peradaban Islam

 

Peran Orang Tua dalam Membangun Peradaban Islam

        Keluarga merupakan pondasi awal memahami agama. Dari sanalah lahir para pemimpin hebat, bibit-bibit unggul dalam memperjuangkan kalimat-kalimat Allah SWT. Peran terbesar dalam keluarga ada pada kaum wanita (ibu). Baik buruknya peradaban suatu bangsa berasal dari baik buruknya para wanita, lantaran ia merupakan pilar peradaban. Karena itulah, Islam mengangkat wanita dalam setiap lini kehidupan sebagai pendidik generasi. Ia merupakan al-Madrasah al-Ula bagi anak-anaknya, mendidik anak-anaknya dengan penuh kesabaran. Walaupun lelah sekalipun ia akan terus berjuang hingga memastikan kelak anaknya berhasil menjadi salah satu penerus pejuang generasi Islam di masa depan. Wanita sholehah merupakan rahim peradaban, sebab dari rahim tersebut muncul lah bibit-bibit unggul seorang pejuang kejayaan Islam. Tak menafikkan pula bahwa laki-laki pun sama dibutuhkannya sebagaimana wanita, saling bekerjasama merealisasikan visi misi dan saling bertukar pemikiran demi menyukseskan sebuah tujuan.

        Mengutip salah satu perkataan ustadz Abdil Bari dalam bukunya yang berjudul “Keluarga Bervisi Surga, ia bertutur, “sebuah keluarga adalah tempat pertama dalam membangun peradaban. Berawal dari peradaban mini yang berbentuk keluarga ini akan tercipta pula masyarakat yang baik, dan masyarakat yang baik akan membentuk negara yang baik, negara yang baik akan membentuk sebuah peradaban yang baik pula. Inilah peradaban yang mampu dibuat oleh generasi-generasi awal kejayaan Islam, peradaban ini jauh berada di atas peradaban-peradaban lain yang pernah ada.”

        Tulisan ini didedikasikan kepada mereka para kaum pelajar yang hingga saat ini masih bertanya-tanya tentang apa tujuan setelah ini?. Setelah menempuh pendidikan panjang ini dan setelah kelulusan nanti, apa rencana setelahnya?. Persiapan seperti apa yang sudah disiapkan?. Tantangan umat Islam saat ini sangat berat, dan sudah semestinya kita sadar sebagai seorang pelajar mempersiapkan diri untuk penerus Islam selanjutnya. Jika Islam berhenti di tangan kita lalu siapa yang akan meneruskan risalah Islam nantinya. Secara tidak langsung kita dituntut untuk terus giat menimba ilmu, menjalankan syaria-syariat Islam yang telah tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadits. Dalam sebuah keluarga, jika kita tidak mampu mendidik diri sendiri, lalu bagaimana mendidik anak kita nanti.

        Mengulas sejarah perjalanan para Nabi dan Rasul beserta sahabat-sahabat terdahulu, mereka tidak ada henti-hentinya menyebarkan dakwah Islam. Sebagaimana Nabi Zakaria saat usia tua, ia belum juga dikaruniai seorang anak oleh Allah. Nabi Zakaria khawatir akan tidak adanya generasi penerus sebagai penyambung dakwah, kemudian ia berdo’a pada Allah SWT: "Di sana lah Zakaria berdo’a kepada Tuhannya. Dia berkata, Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa" (QS Ali Imran: 38)

        Nabi Zakaria ikhlas akan ketetapan Allah,  hanya saja ia sangat khawatir siapa nantinya yang akan meneruskan dakwahnya. Hingga turun lah ayat yang menjawab segala kegelisahannya; “Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang sholeh” (QS. Ali Imran: 39)

        Sudahkah kita mencontoh kekhawatiran Nabi Zakaria akan pentingnya penerus dakwah Islam, bukan hanya kekhawatiran akan tidak ada generasi penerus (anak). Mari kita bersama-sama mempersiapkan diri demi keutuhan dan gemilangnya peradaban Islam di masa depan. Semoga kita menjadi salah satu di antara pejuang Islam yang turut andil membela agama Allah SWT.

Author : El_Chansa

 

Tuesday, 9 November 2021

Memaknai "Hari Pahlawan" di Era Sekarang

 Memaknai "Hari Pahlawan" di Era Sekarang


 وَلَا تَحْسَبَنَّ الذِيْنَ قُتِلُوْا فِي سَبِيْلِ الله أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ 

 
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (Ali- Imran : 169)

    Pahlawan adalah sebutan untuk mereka yang berjuang dan berkorban membela kebenaran bagi umat dan bangsa  tanpa imbalan. Pahlawan adalah sebutan untuk mereka yang sudah gugur demi memperjuangkan yang haq dan membasmi yang bathil, namun tetap dikenang dan diingat oleh generasi penerusnya. Pahlawan adalah orang-orang yang dikira sudah mati padahal mereka itu sesungguhnya hidup disisi Allah subhanahu wa ta'ala.

    Ayat di atas menerangkan bahwa hakikat orang-orang yang gugur di jalan Allah itu sesungguhnya hidup di sisi Allah subhanahu wa ta'ala. Dalam kitab “Tafsir Al-Wajiz”, Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah, menuliskan maksud dari ayat di atas “Wahai Nabi dan setiap orang yang mendengar, jangan sampai kamu mengira bahwa orang-orang yang mati syahid di perang Uhud dan perang lainnya itu mati, melainkan mereka itu hidup di alam khusus, yang mana tidak ada yang mengetahui kehidupan di alam itu kecuali Allah SWT. Hal ini disebutkan dalam hadis bahwa ruh para syuhada berada di atas sungai yang berkilau di pintu surga di kubah berwarna hijau. Sesungguhnya mereka di surga itu diberi rezeki dan makan. Nabi mengabarkan hal itu untuk para syuhada Uhud, lalu Allah menurunkan ayat ini (Wa laa tahsabannalladziina qutiluu …)

    Mengenang hari pahlawan yang ditetapkan pada tanggal 10 November 1945, Bangsa Indonesia memperingatinya sebagai penghormatan dan penghargaan terhadap jasa-jasa para pahlawan  yang telah gugur di medan perang. Peristiwa itu diawali dengan kedatangan tentara Inggris, kelompok sekutu Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang hendak kembali merebut kemerdekaan Bangsa Indonesia di Surabaya. Pertempuran pun terjadi hingga puncaknya ditandai dengan terbunuhnya Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur, pada 30 Oktober 1945. Kematian itu menghasilkan kemarahan Inggris. Pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh pun mengeluarkan Ultimatum 10 November 1945. Isi ultimatum ini adalah agar Indonesia menyerahkan senjata serta berhenti melawan tentara AFNEI dan administrasi NICA. Isinya juga tentang ancaman bahwa Kota Surabaya akan digempur dari darat, laut, dan udara jika Indonesia tidak mematuhinya. Ultimatum ini tidak diindahkan oleh masyarakat Surabaya, sehingga meletuslah pertempuran pada 10 November 1945 kurang lebih selama tiga minggu.

    Dalam peristiwa 10 November 1945,  umat Islam memiliki peran yang sangat penting untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tentara sekutu. Fatwa Jihad dari para ulama dan kyai  menjadi penggerak rakyat Indonesia untuk berjuang di jalan Allah mempertahankan kemerdekaan dan melawan tentara sekutu. Beberapa ulama dan kyai itu di antaranya adalah KH. Hasyim Asy'ari sebagai pencetus fatwa jihad,  KH. Abbas Buntet Cirebon yang ditugaskan menjadi pimpinan pertempuran, serta KH. Abd Wahab Hasbullah, Bung Tomo, dan  KH. Mas Mansur yang ditugaskan menjadi komandan resimen.  Hingga saat ini yang masih sangat dikenang dan diingat oleh para pejuang dan rakyat Indonesia adalah seruan takbir para pejuang yang dikomandoi oleh Bung Tomo saat pertempuran 10 November “ Kita tunjukken bahwa kita ini benar-benar orang-orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap “Merdeka atau Mati”. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!! Merdeka!!”

    Sebagai generasi penerus bangsa, maka tidak cukup untuk memaknai hari pahlawan ini hanya dengan sebatas mengenang kisah perjuangannya saja. Ada banyak sekali hikmah karakter dan teladan para pahlawan yang dapat ditiru untuk dijadikan sumber inspirasi dalam mengisi kemerdekaan ini. Pada zaman dahulu mungkin generasi muda wajib mengangkat senjata dan bambu runcing untuk berjuang dan mempertahankan kemederkaan. Namun saat ini, generasi muda tidak harus mengangkat senjata dalam meneruskan perjuangan para pahlawan. Melainkan yang utama adalah dengan menjaga persatuan bangsa. Seperti kata Bung Karno  “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”.

    Di era modern ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan berbagai macam gejolak, mulai dari  menurunnya moral para generasi muda, terpecah belahnya bangsa karena intoleran, banyaknya fitnah dan hoax kepada para alim ulama, dan ditambah lagi dengan keadaan pandemi yang tak kunjung usai. Semua itu akan mudah dihadapi jika bangsa ini bersatu dan membuang jauh-jauh sikap egois yang mementingkan diri sendiri karena hawa nafsu.  Maka pemerintah dan masyarakat harus sadar akan hal ini, siap untuk saling bersinergi, bekerjasama, dan membuat strategi dalam menghadapi tantangan kedepan. Kesadaran dan strategi pun tidak cukup dalam menghadapi tantangan, namun harus dibuktikan dengan perjuangan yang nyata layaknya para pahlawan dahulu yang nyata berjuang untuk bangsa Indonesia.  Wallahu ‘alam. Selamat Hari Pahlawan! Allahu Akbar!

 Author : 

Muhammad Aditya Pamungkas (Mahasiswa semester 5 STIQ Ar Rahman Prodi Ilmu Al Quran dan Tafsir) dan Aulia Zahra (Mahasiswi Semester 3 STIQ ArRahman Prodi Ilmu Hadits)

Sunday, 17 October 2021

Harkat Seorang Wanita

Harkat Seorang Wanita  

 

          Sejarah membuktikan bahwa perjalanan peradaban seorang wanita mengalami lika-liku yang begitu hebat. Hal itu tampak pada kondisi wanita saat ini yang amat berbeda dengan kondisi wanita di zaman dahulu, terutama di era sebelum datangnya peradaban Islam. Bahkan beberapa tempat di dunia memiliki perlakuan yang berbeda terhadap kaum hawa saat itu.

            Di antara adat istiadat bangsa Arab di zaman jahiliyah, acapkali mereka sangat malu dan merasa hina jika istrinya melahirkan anak perempuan. Kebiasaan yang terjadi pada masa itu, bilamana seorang ibu hendak melahirkan anak, sang bapak telah menyiapkan suatu lubang dalam tanah. Maka jika anak yang dilahirkan itu berjenis perempuan, dengan segera anak tersebut dikubur hidup-hidup, dibenamkan ke dalam tanah, kemudian barulah ia merasa senang. Sebab kebiasaan tersebut  telah menjadi sebuah keyakinan, bahwa mempunyai anak perempuan itu adalah suatu aib bagi bapaknya.

           Hal ini mengidentifikasikan bahwa nilai kehidupan wanita pada saat itu tidak lebih rendah dari pada anak ayam. Sebab, anak ayam setelah menetas pasti akan tetap dibiarkan hidup dan dipelihara oleh pemiliknya. Di mana ia menganggap anak ayam lebih berharga. Sedangkan ketika ditakdirkan Allah SWT untuk memiliki seorang anak perempuan, tidak demikian perlakuannya. Bahkan khalifah Umar bin Khattab ra pernah berkata, “ Demi Allah, di masa jahiliyah kami tidaklah menghargai kaum wanita sepeser pun, hingga baru lah Allah menurunkan firmanNya yang memberikan hak atas mereka dalam beramal”.            

           Pada era yang sama, dalam tradisi suatu agama (baca: selain Islam) kita akan menemukan sebuah tradisi ritual. Di mana seorang istri apabila suaminya meninggal dunia maka ia harus ikut mati bersamanya, dengan dalih sebagai bentuk kesetiaan. Bagaimanakah ini bisa terjadi?, seorang manusia yang masih ingin menghirup udara dalam alam yang luas ini, masih ingin melakukan banyak kebaikan harus mengakhiri kehidupannya. Ini merupakan keniscayaan yang sangat buruk.

            Alhasil, kalau kita merunut kembali kepada lembaran sejarah bangsa-bangsa di seluruh dunia pada zaman dahulu, dan riwayat kedudukan kaum wanita dalam masyarakat pada saat itu, boleh dikatakan sebagian besar mereka memandang kaum wanita itu hina bahkan lebih rendah dari binatang. Perempuan boleh dijual, dibeli, diperdagangkan, boleh dipusakakan, dihadiahkan, boleh dipukul, boleh disiksa, dan lain sebagainya. Hampir seakan-akan wanita adalah tempat untuk berbuat sesuatu sesuka hati. Berjilid-jilid buku telah dikarang banyak ilmuwan tentang kedurjanaan yang dialami wanita pada peradaban terdahulu, tentu tidak cukup tulisan yang amat singkat ini menuliskan keadaan itu secara terperinci.

          Lalu  bagaimanakah harkat seorang wanita dalam agama Islam, agama penuh hikmah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Tentang ini marilah kita renungkan bersama. Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi kehormatan seorang wanita, datangnya peradaban Islam menghapus pemahaman-pemahaman di era jahiliyah yang menganggap wanita sebagai kaum rendahan. Pada era ini kehormatan wanita dijunjung, dipelihara, dan dijaga sebagaimana terjaganya sebuah mutiara dalam cangkang.

Dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 97 Allah berfirman, yang artinya :

"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan"

           Dari ayat ini kita bisa mengambil gambaran bahwa Allah SWT tidak membedakan antara seorang laki-laki dan perempuan untuk meraih kesuksesan dan keberhasilan, yang mana syarat utamanya adalah beriman dan melakukan kebajikan.  Paling tidak ada 3 posisi perempuan dalam kehidupan ini, yaitu perempuan selaku anak, istri, dan ibu. Posisi-posisi tersebut dijelaskan secara rinci dalam berbagai ayat Al-Qur’an maupun hadist.             

Berkenaan dengan perempuan selaku anak terdapat sebuah hadist yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya :

Siapa yang memiliki anak perempuan, dia tidak membunuhnya dengan dikubur hidup-hidup, tidak menghinanya dan tidak mengutamakan anak laki-laki, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga” (HR. Abu Daud)         

Pada waktu di mana bangsa Arab umumnya masih benci kepada anak perempuan bahkan menjauhkan mereka dari masyarakat ramai, Nabi Muhammad SAW menunjukkan perbuatan yang nyata bagaimana beliau mengasihi dan mencintai anak-anak perempuannya, serta mengajaknya datang ke tempat beribadah. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan pandangan masyarakat yang menganggap bahwa memiliki anak perempuan merupakan aib pada saat itu.

Tentang perempuan selaku istri telah disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 187 yang artinya :

mereka (wanita) itu pakaian bagi kamu (lelaki) dan kamu pakaian bagi mereka

            Lantaran suami dan istri amat rapat hubungannya, maka Allah mengumpamakan masing-masing dari mereka sebagai pakaian. Arti pakaian dalam ayat tersebut dapat dimaknai dengan dua hal yaitu untuk menutup aurat dan menampakkan keindahan. Sehingga dalam konteks laki laki sebagai suami dan perempuan sebagai istri yaitu saling menguatkan dalam menutup keburukan antara mereka dan menampakkan kebaikan yang ada. Sehingga terciptalah masyarakat madani yang didambakan.

Adapun wanita selaku ibu, dalam Islam sangat banyak menjelaskan bagaimana mulianya posisi wanita sebagai ibu. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata,

"Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang (yang layak) aku berbakti kepadanya?" beliau bersabda: "Ibumu." Abu Hurairah bertanya lagi, "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi, "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi?" beliau menjawab: "Ayahmu." Dia bertanya lagi, "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Orang yang lebih dekat, lalu orang yang lebih dekat”  (Hadits Sunan Ibnu Majah No. 3648 - Kitab Adab)

         Berdasarkan hadits tersebut, Rasulullah SAW telah menegaskan kepada umatnya bahwa orang yang paling berhak diperlakukan dengan baik dan dimuliakan adalah seorang ibu. Bahkan beliau mengulanginya hingga 3 kali.

         Demikianlah sunnatullah telah ditetapkan bagi makhluk-Nya, sehingga dapat dikatakan bahwa peran wanita dalam kehidupan ini tidak kalah pentingnya dari peran laki-laki. Kaum laki-laki dan kaum wanita mempunyai perannya masing-masing yang satu sama lainnya tidak dapat digantikan oleh yang lain.

         Tidak ada agama yang paling toleran, mengerti, dan menempatkan kedudukan seorang wanita sebaik-baiknya selain agama Islam. Namun setelah wanita diberikan haknya, diberi keluasan, diberi kesempatan dalam lingkup sosial, mereka terkadang lupa akan fitrahnya. Kini banyak di antara para wanita yang menyemarakkan persamaan, harus merdeka, bebas dari semua ikatan, harus sama tingkatannya dan segala sesuatunya dengan laki laki, tidak mau diperintah suami dengan dalih sebagai kebebasan untuk kebahagiaan semu, karena mereka sudah tidak lagi terikat. Ketahuilah bahwa yang menciptakan kebahagiaan hanyalah Allah SWT dengan berbagai aturan dan koridor-Nya, yang tidak diketahui hakikatnya secara kasat mata. Maka mengapa masih ragu akan ketetapan-Nya?

Author : Akhiqaners



Thursday, 20 May 2021

Antara Aku, Islam dan Indonesia

 


Antara Aku, Islam dan Indonesia


Aku adalah Indonesia yang tunduk dengan pemerintahan ketika tuan menjalani tugas dengan penuh kebijaksanaan. Namun aku bisa saja menyerang ketika tuan berani menindas agama kami dengan penuh kebencian. Aku adalah Indonesia, bagian dari pemuda penting bangsa yang akan menyelamatkan negara ini dari segala macam serangan, lebih tepatnya bukan aku, tapi kami. Ya, kamilah agen-agen perubahan bangsa. Pemuda yang memiliki potensi, yang dibutuhkan bangsa ini untuk menjadi lebih baik. Para pemuda adalah sumber semangat, mimpi, harapan dan senjata yang paling ampuh untuk mengubah Indonesia.

Dasar negara Indonesia adalah pancasila, artinya pancasila selalu menjadi jiwa seluruh aspek berbangsa dan bernegara. Setiap penyelenggaraan ketatanegaraan di Negara Kesatuan Republik Indonesia harus berlandaskan  pada nilai-nilai pancasila. Sebagai dasar negara, pancasila berkedudukan sebagai dasar atau norma fundamental. Dengan demikian, pancasila menempati norma hukum tertinggi dalam ideologi negara. Dasar hukum di Indonesia pun adalah hasil dari penjabaran titik pokok isi pancasila, yang akhirnya kita kenal saat ini dengan sebutan UUD. Namun, jika kita lihat, seolah-olah nilai pancasila yang terkandung pada setiap jiwa seseorang mulai memudar, pertumpahan darah dan penyerangan terhadap rakyat sendiri masih dilakukan. Keadilan sukar ditegakkan, para pelaku kejahatan dibebaskan, dan pelaku kebenaran dipenjarakan.

Yaps! Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan aku adalah Indonesia. Aku adalah Islam yang seringkali dituduh tanpa dasar. Pancasila adalah hak setiap individu bangsa Indonesia, dan seharusnya aku serta seluruh saudaraku mendapatkan perlakukan sama dengan orang-orang yang memiliki kesempatan duduk di kursi penuh kehormatan. Ketika kami mengikrarkan bahwa kami adalah Indonesia, kau menyambut kami dengan penuh antusias. Namun setelah kau lihat kami mengetahui akan suatu kepentingan kalian yang menyimpang akan Pancasila, kau bungkam kami tanpa alasan serta tak mau mengevaluasi kinerja kalian.

Hukum yang terdapat dalam UUD saat ini memang masih berlaku, namun sedikit dari isi nya untuk membela kubu terpilih dan selebihnya guna senjata menyerang siapa saja yang tidak patuh dengan aturan serta alur cerita yang telah dirancang. Seakan, hukum negara saat ini di Indonesia bisa dikatakan dengan "tajam ke bawah tumpul ke atas". Seperti halnya; Kami ada, namun tak dianggap. Menyakitkan bukan? 

 Memang, berpegang teguh dengan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ini amat berat, bagai mereka yang memegang bara api. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu :

يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْر

Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Akankah kalian paham dengan torehan-torehan tinta?

Ataukah kalian baru bisa paham setelah melewati kematian yang nyata. 

Author : El_Chansa

 

Friday, 30 April 2021

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

 

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN


            Bulan Ramadhan merupakan bulan suci yang sangat diidam-idamkan dan dinantikan oleh segenap makhluk, terutama umat Islam. Ramadhan ini ibarat ladang yang subur untuk menyemai pahala dan membakar dosa, dengan cara lebih meningkatkan ketaqwaan dan amal ibadah. Kalau kita kilas balik sejarah dari bulan Ramadhan, maka kita akan menemukan berbagai keutamaan dan keistimewaan yang terkandung di dalamnya. Adapun keutamaan bulan Ramadhan akan dipaparkan sebagaimana berikut :

1.      Bulan dimana diturunkannya Al-Qur’an

Allah SWT berfirman dalam qur’an :

شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٖ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُكۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ 

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S Al-Baqarah : 185)

 

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa pada ayat ini Allah SWT sangat memuliakan bulan Ramadhan, karena di dalamnya diturunkan langsung kitab suci Al-Qur’an. Segala hal yang berkaitan langsung dengan Al-Qur’an maka akan dimuliakan oleh Allah SWT. Seorang hafidz atau hafidzah yang  mencintai dan menghafal  Al-Qur’an, maka Allah akan muliakan dan mengangkat derajat mereka. Begitu juga dengan bulan Ramadhan, Allah muliakan dan berikan keistimewaan dari bulan-bulan lainnya. Dalam  hadis Riwayat Ahmad juga disebutkan bahwa "Shuhuf (lembaran-lembaran) Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, Taurat diturunkan pada tanggal 6 Ramadhan, Injil diturunkan pada tanggal 13 Ramadhan, dan Al-Qur'an diturunkan pada tanggal 24 Ramadhan." (HR. Ahmad).

Shuhuf Ibrahim, kitab Taurat, Zabur, dan Injil diturunkan kepada nabi penerimanya dalam satu kitab sekaligus. Sedangkan Al-Qur'an diturunkan sekaligus dari (Lauh Mahfuzh) ke Baitul Izzah di langit dunia. Hal itu terjadi pada bulan Ramadhan pada malam lailatul qadar, sebagaimana firman Allah SWT:

إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ 

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.(Q.S Al-Qadr: 1)

Maka dari itu, kita sebagai hamba Allah, mari di bulan yang sangat istimewa ini kita memperbanyak membaca Al-Qur’an, mentadabburinya, dan segera mengamalkan isi Al-Qur’an sebagai wujud kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

2.      Terdapat lailatul qadr, yaitu malam yang penuh kemuliaan

Allah SWT Berfirman :

إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ       

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (Q.S. Al-Qadr:1-3)

Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwasannya Al-Qur’an diturunkan pada lailatul qadr, yaitu malam yang penuh kemuliaan. Bahkan Allah menegaskan bahwa malam itu adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan yang lain. Artinya, jika kita beribadah pada  malam itu maka nilai ganjaran yang kita dapatkan akan berlipat ganda. Allah juga menurunkan para malaikat ke bumi untuk mencatat dan mendoakan para hamba Allah yang sedang bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada-Nya. Bahkan karena sangat istimewanya malam ini, Allah memberikan waktu keberkahan lailatul qadr itu hingga terbit fajr bagi hamba-hamba-Nya yang terpilih, dan sungguh sungguh dalam mendapatkan lailatul qadr.

 

3.      Pada bulan ini setan-setan dibelenggu, pintu neraka ditutup rapat-rapat, dan pintu surga dibuka selebar-lebarnya

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ

Jika datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga (dalam riwayat Muslim : ‘Dibukalah pintu-pintu rahmat”) dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu syetan” [HR. Bukhari dan Muslim]

Pada bulan ini Allah SWT menutup pintu neraka, karena Allah jadikan keburukan, kejelekan dan kemaksiatan hamba-hamba-Nya menjadi sedikit. Selain itu Allah juga telah membelenggu dan mengikat setan ( jin-jin jahat) dengan salasil yaitu rantai. Sehingga mereka tidak dapat lagi bebas menggoda dan merusak manusia sebagaimana di bulan yang lain. Bahkan pada bulan ini Allah bukakan pintu surga untuk hamba -Nya, dengan menyibukkan kaum muslimin dalam hal ibadah, seperti: sholat, puasa, menuntut ilmu, membaca dan mentadabburi Al-Qur’an, serta amal-amal sholeh lainnya.

Pada intinya, di bulan Ramadhan ini kaum muslimin akan lebih sibuk melakukan kebaikan-kebaikan sehingga mereka dapat memasuki surga yang pintunya terbuka lebar. Sebaliknya, mereka juga akan mudah menjauhi maksiat karena tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya setan-setan.

4.      Salah satu bulan yang mustajab, dimana do’a kaum muslimin dikabulkan Allah SWT

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, :

انَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ

Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.”[HR. Al-bazaar]

Dalam hadis lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  juga bersabda, :

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizholimi

Berdasarkan hadis-hadis di atas, jelaslah bahwa do’a kaum muslimin pada bulan Ramadhan akan dikabulkan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, marilah ini kita manfaatkan bulan ini untuk banyak meminta kepada Allah, serta berdoa kepada Allah agar diberikan keistiqomahan dalam Islam dan dalam beribadah kepada-Nya. Karena seseorang itu tergantung pada amal akhirnya. Jika di masa akhir hidupnya baik maka akan baik pula kematiannya dan dimasukkan kedalam surga-Nya. Namun jika diakhir hidupnya buruk, maka akan buruk pula kematiannya, dan akan masuk ke dalam neraka. wallahu a'lam bishawab.

 

Karena banyaknya keutamaan dan keistimewaan di bulan suci Ramadhan ini, maka ada hal-hal yang seharusnya bisa kita lakukan dan kita capai, di antaranya:

·         Mempersiapkan diri sebelum masuknya malam pertama Ramadhan dengan taubat dan niat yang tulus untuk berubah menjadi seorang hamba yang lebih baik dan lebih dekat dari Rabb-nya.

·         Memaksimalkan potensi ibadah di malam pertama bulan  Ramadhan, karena Allah SWT memiliki “pandangan” khusus untuk hamba-hamba-Nya di malam pertama ini.

ketika datang awal malam di bulan Ramadhan, maka Allah swt “memandang” (dengan pandangan khusus) kepada umat rasulullah saw , dan barang siapa yang mendapatkan pandangan itu maka Allah swt tak akan menyiksanya untuk selama-lamanya [ HR. Thabrani ]

·         Mulai istiqomah menjalankan shalat-shalat sunnah : Dhuha, qabliyah - ba’diyah, shalat Tasbih dan Tahajjud.

·         Membersihkan hati dari penyakit-penyakit, seperti : dengki, benci, berburuk sangka dan meremehkan orang lain.

·         Menjauhi perbuatan dan obrolan yang tidak penting, yang bisa menghilangkan pahala amal ibadah, seperti : ghibah, berbohong, mengadu domba dan pandang-pandangan yang diharamkan.

·         Meluangkan waktu di malam hari, lebih-lebih waktu Tahajjud yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala. Disitu mulailah belajar menangis dalam sujud, munajat dan doa. Mengakui di hadapan-Nya bahwa kita tak punya apa-apa dan bukan siapa-siapa.

·         Membaca Al-Qur’an  dengan target khatam, dan mulai belajar untuk memahami serta mentadaburi makna-makna Al-Qur’an, dengan bantuan kitab tafsir atau terjemah Al-Qur’an.

·         Berusaha untuk bersedekah setiap harinya di bulan Ramadhan, atau memberi buka untuk orang-orang yang berpuasa. Ia yang memberi buka puasa untuk orang  lain di bulan Ramadhan, maka Allah swt akan mengampuni dosanya, membebaskannya dari api neraka dan malaikat jibril akan menjabat tangannya di malam Lailatul Qadar.

·         Menyepatkan diri  untuk menghadiri majlis-majlis ilmu atau mendengarkannya melalui media apapun, dan mengkhususkan waktu untuk membaca kitab-kitab atau buku yang berfaedah.  

Dengan mengamalkan hal-hal di atas, kita berharap bisa mendapatkan kemulian dan kemenangan di bulan Ramadhan ini, serta menjadikan kita insan yang benar-benar beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. Karena dengan keimanan dan ketaqwaan inilah kita menjadi insan yang selalu berjalan di jalan yang benar.

 Author : 

Muhammad Aditya Pamungkas (Mahasiswa semester 4 STIQ Ar Rahman Prodi Ilmu Al Quran dan Tafsir) dan Aulia Zahra (Mahasiswi Semester 2 STIQ ArRahman Prodi Ilmu Hadits)

Tuesday, 27 April 2021

ISLAM, TERORIS ATAU KORBAN TERORISME?

 

ISLAM, TERORIS ATAU KORBAN TERORISME?

 



Tak ayal lagi Islam saat ini menjadi bulan-bulanan para penyandang suatu kepentingan tertentu. Hal itu terbukti dengan sering kali pemeluk agama Islam dipojokkan dengan berbagai tuduhan keji yang salah alamat. Tudingan tersebut acap kali dilontarkan karena agama Islam sendiri tidak menolelir suatu kepentingan yang memihak kepada salah satu pihak yang diuntungkan. Namun dalam Islam sendiri terdapat prinsip yang harus terus digaungkan, yakni keadilan sosial tanpa pandang bulu.

Islam merupakan agama rahmatan lil alamin, mengedepankan perdamaian daripada pertikaian dan perdebatan, mengutamakan perihal maslahat dari mudharat, mengajarkan kasih sayang dan kepedulian, yang semua itu menjadikan Islam agama yang penuh kedamaian dan bukan kekerasan. Sangat tidak layak dituduhkan, ketika ada segelintir orang muslim yang mengerjakan suatu kejahatan, stigma atau label buruk langsung diberikan bahwa Islam lah yang mengajarkan demikian. Harusnya mereka mendalami terlebih dahulu bagaimana ajaran Islam yang sesungguhnya

Baru-baru ini kita  diperdengarkan kembali isu terorisme yang marak digoreng oleh beberapa media. Mengapa isu terorisme ini heboh dalam waktu tertentu saja. Mengapa isu terorisme ini selalu menjadi bahan yang hangat untuk diperbicangkan. Apakah isu terorisme ini ada musimnya, dengan sarat kepentingan tertentu untuk pengalihan isu semata, sehingga kita bisa mendeteksi kapan munculnya hal tersebut. Banyak sekali media yang menyampaikan sebuah narasi yang seringkali menunjukkan legitimasi kelompok Islam sebagai teroris. Padahal hakikatnya Islam tidak pernah mengajarkan seperti itu.

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kita menemukan makna terorisme adalah ‘penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan’. Bila kita merujuk pada makna yang terdapat pada KBBI, maka definisi seperti ini tidak dapat kita kaitkan dengan kelompok manapun, bahkan pemegang kekuasaan pun dapat dikatakan terorisme ketika membuat sebuah kekacauan untuk kepentingan politik dan kekuasaannya.

Polemik keberadaan istilah teror dalam politik Islam telah ada sejak zaman kekhalifaan Usman bin Affan yang mana saat itulah berbagai fitnah dilayangkan oleh sekelompok orang untuk memperkeruh suasana Islam. Sebagaimana dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa tidaklah terbuka pintu fitnah kecuali sepeningal Umar bin Khattab. Umar bin Khattab adalah pintu penutup dari terbukanya fitnah. Fitnah dalam politik Islam muncul hanya ketika meninggalnya Khalifah Umar Bin Khattab. Secara historis ini lah permulaan  keberadaan teror dan fitnah dalam politik Islam, namun tidak berarti Islamlah yang mengajarkan untuk membuat sebuah teror dan fitnah, Hal ini dapat dibuktikan bahwa Islam sendiri tidak memiliki ajaran tersebut.

Ketika kita menilik sejarah kita akan menemukan tokoh-tokoh yang sangat keras dalam melakukan fitnah, teror bahkan membunuh ratusan juta orang untuk memuluskan hasratnya, diantaranya Hitler, Joseph Stalin, Mao Zedong, Benito Musollini, dan lain sebagainya. Mengapa diantara mereka tidak terdapat stigma teroris yang disematkan. Bukankah perbuatan mereka terlalu keji bila dirasionalkan. Kita tidak menemukan satupun kata teroris yang disebutkan dalam agama lain. Lain halnya ketika Islam yang tertuduh, maka dunia heboh mengecap Islam sebagai teroris, layaknya semut yang menemukan gula kemudian memanggil koloninya.

Dari berbagai pemeran terorisme di atas maka kita dapat melihat bahwa terorisme tidaklah menyandang suatu agama tertentu, namun terorisme muncul dari oknum tertentu yang memiliki kepentingan dan dengan cara meneror agar tujuan mereka dapat tercapai. Begitupun dengan Islam, Islam bukanlah teroris dan teroris bukanlah Islam. Pengerucutan isu terorisme yang selalu ditujukan kepada Islam berawal dari insiden WTC pada 2001 yang mana ini merupakan momen strategis untuk menjadikan Islam sebagai kambing hitam oleh para oknum-oknum tertentu yang benci terhadap perkembangan Islam.

Betapa banyak media heboh karena kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang beragama Islam dan sangat bungkam ketika hal tersebut dilakukan oleh non muslim sendiri. Terkadang kita sebagai seorang muslim harus berlaku kritis terhadap opini media yang disampaikan, baik media cetak maupun elektronik. Karena tidak ada media lain yang dapat meng-counter opini tersebut, maka  semua ini berakibat pada tersudutnya Islam dengan berbagai istilah terorisme yang sangat merugikan Islam.

Mereka yang suka menuduh Islam dengan teroris, justru mereka adalah teroris sebenarnya, karena teror dan fitnah tersebut tidak dapat dibuktikan secara riil pada Islam. Sebab Islam sendiri tidak pernah mengajarkan terorisme bahkan dalam perang yang pastinya dengan kekerasan, Islam memiliki etika di dalamnya. Banyak di antara oknum yang mengatakan bahwa salah satu tuduhan bahwa Islam mengajarkan terorisme berkaitan dengan masalah jihad. Ini merupakan fitnah yang luar biasa hebatnya. Jihad berasal dari bahasa Arab yaitu jahada yang artinya adalah bersungguh-sungguh. Yaitu sungguh-sungguh dalam melawan kejahatan. Perbedaan signifikan yang kita temukan adalah bahwa jihad adalah melawan kejahatan bukan melakukan kejahatan. Dan perlu diketahui bahwa justru oknum yang sering menuduh dengan  teroris malah sering kali melakukan tindakan teror.

Author : Akhiqaners

Tuesday, 20 April 2021

PERBUATAN JAHAT BUKAN JIHAD

 

PERBUATAN JAHAT BUKAN JIHAD

 



       Sering sekali kita mendengar aksi terorisme yang dilakukan oknum-oknum yang mengatasnamakan Islam. Mereka mengatakan bahwa membunuh jiwa-jiwa orang kafir yang bahkan tidak bersalah adalah jihad di jalan Allah. Mereka pula tak segan untuk melakukan aksi bom bunuh diri dengan harapan akan mati syahid dan mendapat pahala yang besar sehingga mereka bisa masuk surga. Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang salah yang harus diluruskan. Allah SWT menyebutkan dalam firman-Nya QS. Al-Maidah ayat 32 bahwa membunuh satu orang (yang tidak bersalah) sama dengan membunuh seluruh manusia.

مَنْ قَتَلَ نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ

barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.

Islam tidak pernah menghalalkan membunuh jiwa manusia tanpa alasan, bahkan ketika berperang pun Islam mengatur sedemikian rincinya, ada prinsip, syarat dan etika perang dalam Islam. Sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun dan wafat diusia 63 tahun, hanya sedikit dari usia beliau yang digunakan untuk berperang selain itu beliau menebarkan islam dengan penuh cinta. Ketika itupun perang harus melalui izin dari Allah SWT. Selama periode Makkah Nabi Muhammad tidak pernah melakukan peperangan meskipun beliau dihina oleh kaum kafir Quraisy dikarenakan belum mendapat izin dari Allah. Izin perang itu ada ketika periode Madinah dengan diturunkannya QS. Al-Baqarah ayat 190.

وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Ayat ini menunjukkan bahwa perang bersifat pertahanan bukan penyerangan. Kita hanya boleh memerangi orang-orang yang telah memerangi kita dan tidak boleh melampaui batas. Menurut Hasan Al-Basri melampaui batas di sini adalah dengan mencincang musuh, curang, membunuh wanita, membunuh anak-anak, membunuh orang yang lanjut usia yang tidak mampu berperang, membakar rumah ibadah dan membunuh para pendeta.

Di dalam Al-Qur’an terdapat kata jihad sebanyak 41 kali dengan berbagai bentuk. Jihad ini sering disalahpahami dengan dipersempit artinya, yaitu sebatas perjuangan fisik atau peperangan saja. Padahal jihad juga bisa dilakukan dengan batin yaitu dengan menahan hawa nafsu. Jihad melawan hawa nafsu adalah jihad yang paling utama dibanding jihad dengan peperangan sebagaimana yang disabdakan Rasulullah .

أَفْضَلُ الْجِهاَدِ أَنْ يُجَاهدالرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ

Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad (berjuang) melawan dirinya dan hawa nafsunya (Hadis sahih diriwayatkan oleh Ibnu Najjar dari Abu Dzarr)

             Islam tidak pernah mengajarkan kebencian. Tidak ada yang boleh dihakimi, dianiaya dan dibunuh. Entah itu karena ras, warna kulit ataupun agama. Allah SWT tidak akan suka nama-Nya Ar-Rahman Ar-Rahim digunakan untuk meneror orang.

Syaikh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi pernah berbincang dengan seorang teroris dan bertanya, “Kemanakah perginya orang yang kau bunuh dengan bom itu setelah kematiannya?”

“Mereka tentu masuk neraka!” jawab teroris itu bangga.

Syeikh Sya’rawi kemudian berkata, “Loh aneh sekali! Masa kerjaanmu sama seperti setan, yaitu suka memasukkan orang ke dalam neraka.”

Orang-orang yang melakukan teror dan membunuh orang lain itu adalah penyelewangan terhadap Islam. Islam adalah agama yang membawa kedamaian, dibawa oleh manusia yang penuh cinta yaitu Rasulullah . Sudah seharusnya kita sebagai umat Islam meneladani nilai-nilai yang telah diajarkan Nabi Muhammad . Sungguh sangat disayangkan jika ada orang yang mengaku dirinya paling islami namun tidak memahami ajaran luhur Nabi Muhammad .

Author : Aldita Rizkia Khalifatul Huda (Mahasiswi STIQ Ar-Rahman Prodi Ilmu Al Quran dan Tafsir)