Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, 9 November 2021

Memaknai "Hari Pahlawan" di Era Sekarang

 Memaknai "Hari Pahlawan" di Era Sekarang


 وَلَا تَحْسَبَنَّ الذِيْنَ قُتِلُوْا فِي سَبِيْلِ الله أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ 

 
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (Ali- Imran : 169)

    Pahlawan adalah sebutan untuk mereka yang berjuang dan berkorban membela kebenaran bagi umat dan bangsa  tanpa imbalan. Pahlawan adalah sebutan untuk mereka yang sudah gugur demi memperjuangkan yang haq dan membasmi yang bathil, namun tetap dikenang dan diingat oleh generasi penerusnya. Pahlawan adalah orang-orang yang dikira sudah mati padahal mereka itu sesungguhnya hidup disisi Allah subhanahu wa ta'ala.

    Ayat di atas menerangkan bahwa hakikat orang-orang yang gugur di jalan Allah itu sesungguhnya hidup di sisi Allah subhanahu wa ta'ala. Dalam kitab “Tafsir Al-Wajiz”, Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah, menuliskan maksud dari ayat di atas “Wahai Nabi dan setiap orang yang mendengar, jangan sampai kamu mengira bahwa orang-orang yang mati syahid di perang Uhud dan perang lainnya itu mati, melainkan mereka itu hidup di alam khusus, yang mana tidak ada yang mengetahui kehidupan di alam itu kecuali Allah SWT. Hal ini disebutkan dalam hadis bahwa ruh para syuhada berada di atas sungai yang berkilau di pintu surga di kubah berwarna hijau. Sesungguhnya mereka di surga itu diberi rezeki dan makan. Nabi mengabarkan hal itu untuk para syuhada Uhud, lalu Allah menurunkan ayat ini (Wa laa tahsabannalladziina qutiluu …)

    Mengenang hari pahlawan yang ditetapkan pada tanggal 10 November 1945, Bangsa Indonesia memperingatinya sebagai penghormatan dan penghargaan terhadap jasa-jasa para pahlawan  yang telah gugur di medan perang. Peristiwa itu diawali dengan kedatangan tentara Inggris, kelompok sekutu Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang hendak kembali merebut kemerdekaan Bangsa Indonesia di Surabaya. Pertempuran pun terjadi hingga puncaknya ditandai dengan terbunuhnya Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur, pada 30 Oktober 1945. Kematian itu menghasilkan kemarahan Inggris. Pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh pun mengeluarkan Ultimatum 10 November 1945. Isi ultimatum ini adalah agar Indonesia menyerahkan senjata serta berhenti melawan tentara AFNEI dan administrasi NICA. Isinya juga tentang ancaman bahwa Kota Surabaya akan digempur dari darat, laut, dan udara jika Indonesia tidak mematuhinya. Ultimatum ini tidak diindahkan oleh masyarakat Surabaya, sehingga meletuslah pertempuran pada 10 November 1945 kurang lebih selama tiga minggu.

    Dalam peristiwa 10 November 1945,  umat Islam memiliki peran yang sangat penting untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tentara sekutu. Fatwa Jihad dari para ulama dan kyai  menjadi penggerak rakyat Indonesia untuk berjuang di jalan Allah mempertahankan kemerdekaan dan melawan tentara sekutu. Beberapa ulama dan kyai itu di antaranya adalah KH. Hasyim Asy'ari sebagai pencetus fatwa jihad,  KH. Abbas Buntet Cirebon yang ditugaskan menjadi pimpinan pertempuran, serta KH. Abd Wahab Hasbullah, Bung Tomo, dan  KH. Mas Mansur yang ditugaskan menjadi komandan resimen.  Hingga saat ini yang masih sangat dikenang dan diingat oleh para pejuang dan rakyat Indonesia adalah seruan takbir para pejuang yang dikomandoi oleh Bung Tomo saat pertempuran 10 November “ Kita tunjukken bahwa kita ini benar-benar orang-orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap “Merdeka atau Mati”. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!! Merdeka!!”

    Sebagai generasi penerus bangsa, maka tidak cukup untuk memaknai hari pahlawan ini hanya dengan sebatas mengenang kisah perjuangannya saja. Ada banyak sekali hikmah karakter dan teladan para pahlawan yang dapat ditiru untuk dijadikan sumber inspirasi dalam mengisi kemerdekaan ini. Pada zaman dahulu mungkin generasi muda wajib mengangkat senjata dan bambu runcing untuk berjuang dan mempertahankan kemederkaan. Namun saat ini, generasi muda tidak harus mengangkat senjata dalam meneruskan perjuangan para pahlawan. Melainkan yang utama adalah dengan menjaga persatuan bangsa. Seperti kata Bung Karno  “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”.

    Di era modern ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan berbagai macam gejolak, mulai dari  menurunnya moral para generasi muda, terpecah belahnya bangsa karena intoleran, banyaknya fitnah dan hoax kepada para alim ulama, dan ditambah lagi dengan keadaan pandemi yang tak kunjung usai. Semua itu akan mudah dihadapi jika bangsa ini bersatu dan membuang jauh-jauh sikap egois yang mementingkan diri sendiri karena hawa nafsu.  Maka pemerintah dan masyarakat harus sadar akan hal ini, siap untuk saling bersinergi, bekerjasama, dan membuat strategi dalam menghadapi tantangan kedepan. Kesadaran dan strategi pun tidak cukup dalam menghadapi tantangan, namun harus dibuktikan dengan perjuangan yang nyata layaknya para pahlawan dahulu yang nyata berjuang untuk bangsa Indonesia.  Wallahu ‘alam. Selamat Hari Pahlawan! Allahu Akbar!

 Author : 

Muhammad Aditya Pamungkas (Mahasiswa semester 5 STIQ Ar Rahman Prodi Ilmu Al Quran dan Tafsir) dan Aulia Zahra (Mahasiswi Semester 3 STIQ ArRahman Prodi Ilmu Hadits)