Self Healing dalam Islam
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini kita tidak akan terlepas dari yang namanya ujian. Setiap orang beriman pasti akan diuji, baik diuji dengan kebaikan atau dengan keburukan. Sebagai orang beriman kita harus meyakini bahwa setiap ujian yang datang itu untuk meningkatkan derajat kita di sisi Allah Swt serta membuat kita menjadi pribadi yang kuat dan mempunyai empati kepada sesama manusia.
Setiap pribadi mungkin akan berbeda dalam menyikapi setiap ujian. Ketika suatu masalah dan ujian menimpa, apalagi itu adalah suatu keburukan yang tidak kita inginkan, kita pasti akan merasa sedih, cemas, marah, takut, menyalahkan diri sendiri bahkan hingga depresi. Hal itu merupakan sesuatu yang valid atau nyata sebagai luapan emosi dalam diri dan tidak bisa disangkal terus menerus. Tapi tentunya kita tidak ingin terjebak dalam keadaan seperti itu sehingga membuat kita patah semangat, lupa akan tanggung jawab terhadap agama dan diri sendiri.
Namun sering kita temukan orang-orang menjudge bahwa ketika seseorang bersedih, stress, anxiety itu disebabkan karena kurang iman. Rasulullah Saw yang tidak diragukan keimanannya pun pernah bersedih ketika Khadijah istri tercintanya meninggal dunia hingga tahun itu disebut dengan tahun kesedihan. Penghakiman terhadap keimanan seseorang bisa jadi akan menambah beban yang ia rasakan. Padahal manusia tidak bisa sama sekali mengukur keimanan seseorang.
Jiwa (batin) sama seperti halnya tubuh (fisik), terkadang ada waktunya ia sakit dan harus segera disembuhkan. Salah satu cara untuk mengobati luka batin yang kita alami adalah dengan self healing. Self healing adalah sebuah proses untuk menyembuhkan diri sendiri dari luka batin yang menganggu emosi menggunakan tenaga pribadi yang bertujuan untuk memahami diri sendiri, menerima ketidak sempurnaan, dan membentuk pikiran positif dari apa yang telah terjadi.
Di dalam Islam dikenal dengan muhasabah atau instropeksi diri. Proses ini bisa dilakukan dengan cara yang pertama, yaitu mengenal diri mengetahui bahwa kita hanyalah seorang hamba Allah yang hanya bisa menerima segala qada dan qadar dari Allah. Ketika kita mengenal posisi kita maka kita akan percaya bahwa di dunia ini ada hal yang berada pada kendali kita, dan ada hal yang berada di luar kendali kita atau berada dalam kendali Allah Swt.
Cara yang selanjutnya, yaitu menerima diri sendiri. Menerima di sini maksudnya adalah menerima segala hal-hal yang berada di luar kendali, menerima segala kekurangan diri dan mengakui semua bentuk luka yang hadir di dalam hati. Penyangkalan atau denial terhadap emosi negatif yang masuk ke dalam diri hanya akan menjadi boomerang yang suatu saat pasti akan meledak. Tujuan utama dari penerimaan diri adalah kita bertobat kepada Allah Swt atas segala kelemahan diri sehingga kita kembali hanya berharap (tawakkal) kepada Allah yang Maha Kuat. Menerima segala emosi negatif juga akan membuat batin kita lebih tenang.
Cara yang terakhir berpikir positif atau bersyukur, yaitu dengan mengingat semua hal baik yang telah kita terima dalam hidup, mencatat semua hal yang telah kita raih. Dengan bersyukur kita akan lebih mampu bahagia karena menyadari betapa banyaknya nikmat dan karunia yang telah Allah Swt berikan. Selain dapat mendatangkan ketenangan, perasaan berdaya dan bersyukur atas pertolongan Allah juga mampu mendatangkan optimisme dalam menghadapi masalah.
Demikian beberapa cara self healing yang bisa kita lakukan dimulai dari mengenal diri, menerima diri dan yang terakhir berpikir positif atau bersyukur. Dengan upaya ini diharapkan kita bisa menyembuhkan diri dari luka batin dengan cara yang Islami dan juga mendekatkan diri kepada Allah Swt. Hal ini semakin membuktikan bahwa Islam adalah agama sempurna yang mengatur dan memberikan solusi dari segala hal yang kita hadapi.
Author : Aldita Rizkia Khalifatul Huda (Mahasiswi Ilmu Al-Quran dan Tafsir semester 5)