Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, 27 April 2021

ISLAM, TERORIS ATAU KORBAN TERORISME?

 

ISLAM, TERORIS ATAU KORBAN TERORISME?

 



Tak ayal lagi Islam saat ini menjadi bulan-bulanan para penyandang suatu kepentingan tertentu. Hal itu terbukti dengan sering kali pemeluk agama Islam dipojokkan dengan berbagai tuduhan keji yang salah alamat. Tudingan tersebut acap kali dilontarkan karena agama Islam sendiri tidak menolelir suatu kepentingan yang memihak kepada salah satu pihak yang diuntungkan. Namun dalam Islam sendiri terdapat prinsip yang harus terus digaungkan, yakni keadilan sosial tanpa pandang bulu.

Islam merupakan agama rahmatan lil alamin, mengedepankan perdamaian daripada pertikaian dan perdebatan, mengutamakan perihal maslahat dari mudharat, mengajarkan kasih sayang dan kepedulian, yang semua itu menjadikan Islam agama yang penuh kedamaian dan bukan kekerasan. Sangat tidak layak dituduhkan, ketika ada segelintir orang muslim yang mengerjakan suatu kejahatan, stigma atau label buruk langsung diberikan bahwa Islam lah yang mengajarkan demikian. Harusnya mereka mendalami terlebih dahulu bagaimana ajaran Islam yang sesungguhnya

Baru-baru ini kita  diperdengarkan kembali isu terorisme yang marak digoreng oleh beberapa media. Mengapa isu terorisme ini heboh dalam waktu tertentu saja. Mengapa isu terorisme ini selalu menjadi bahan yang hangat untuk diperbicangkan. Apakah isu terorisme ini ada musimnya, dengan sarat kepentingan tertentu untuk pengalihan isu semata, sehingga kita bisa mendeteksi kapan munculnya hal tersebut. Banyak sekali media yang menyampaikan sebuah narasi yang seringkali menunjukkan legitimasi kelompok Islam sebagai teroris. Padahal hakikatnya Islam tidak pernah mengajarkan seperti itu.

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kita menemukan makna terorisme adalah ‘penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan’. Bila kita merujuk pada makna yang terdapat pada KBBI, maka definisi seperti ini tidak dapat kita kaitkan dengan kelompok manapun, bahkan pemegang kekuasaan pun dapat dikatakan terorisme ketika membuat sebuah kekacauan untuk kepentingan politik dan kekuasaannya.

Polemik keberadaan istilah teror dalam politik Islam telah ada sejak zaman kekhalifaan Usman bin Affan yang mana saat itulah berbagai fitnah dilayangkan oleh sekelompok orang untuk memperkeruh suasana Islam. Sebagaimana dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa tidaklah terbuka pintu fitnah kecuali sepeningal Umar bin Khattab. Umar bin Khattab adalah pintu penutup dari terbukanya fitnah. Fitnah dalam politik Islam muncul hanya ketika meninggalnya Khalifah Umar Bin Khattab. Secara historis ini lah permulaan  keberadaan teror dan fitnah dalam politik Islam, namun tidak berarti Islamlah yang mengajarkan untuk membuat sebuah teror dan fitnah, Hal ini dapat dibuktikan bahwa Islam sendiri tidak memiliki ajaran tersebut.

Ketika kita menilik sejarah kita akan menemukan tokoh-tokoh yang sangat keras dalam melakukan fitnah, teror bahkan membunuh ratusan juta orang untuk memuluskan hasratnya, diantaranya Hitler, Joseph Stalin, Mao Zedong, Benito Musollini, dan lain sebagainya. Mengapa diantara mereka tidak terdapat stigma teroris yang disematkan. Bukankah perbuatan mereka terlalu keji bila dirasionalkan. Kita tidak menemukan satupun kata teroris yang disebutkan dalam agama lain. Lain halnya ketika Islam yang tertuduh, maka dunia heboh mengecap Islam sebagai teroris, layaknya semut yang menemukan gula kemudian memanggil koloninya.

Dari berbagai pemeran terorisme di atas maka kita dapat melihat bahwa terorisme tidaklah menyandang suatu agama tertentu, namun terorisme muncul dari oknum tertentu yang memiliki kepentingan dan dengan cara meneror agar tujuan mereka dapat tercapai. Begitupun dengan Islam, Islam bukanlah teroris dan teroris bukanlah Islam. Pengerucutan isu terorisme yang selalu ditujukan kepada Islam berawal dari insiden WTC pada 2001 yang mana ini merupakan momen strategis untuk menjadikan Islam sebagai kambing hitam oleh para oknum-oknum tertentu yang benci terhadap perkembangan Islam.

Betapa banyak media heboh karena kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang beragama Islam dan sangat bungkam ketika hal tersebut dilakukan oleh non muslim sendiri. Terkadang kita sebagai seorang muslim harus berlaku kritis terhadap opini media yang disampaikan, baik media cetak maupun elektronik. Karena tidak ada media lain yang dapat meng-counter opini tersebut, maka  semua ini berakibat pada tersudutnya Islam dengan berbagai istilah terorisme yang sangat merugikan Islam.

Mereka yang suka menuduh Islam dengan teroris, justru mereka adalah teroris sebenarnya, karena teror dan fitnah tersebut tidak dapat dibuktikan secara riil pada Islam. Sebab Islam sendiri tidak pernah mengajarkan terorisme bahkan dalam perang yang pastinya dengan kekerasan, Islam memiliki etika di dalamnya. Banyak di antara oknum yang mengatakan bahwa salah satu tuduhan bahwa Islam mengajarkan terorisme berkaitan dengan masalah jihad. Ini merupakan fitnah yang luar biasa hebatnya. Jihad berasal dari bahasa Arab yaitu jahada yang artinya adalah bersungguh-sungguh. Yaitu sungguh-sungguh dalam melawan kejahatan. Perbedaan signifikan yang kita temukan adalah bahwa jihad adalah melawan kejahatan bukan melakukan kejahatan. Dan perlu diketahui bahwa justru oknum yang sering menuduh dengan  teroris malah sering kali melakukan tindakan teror.

Author : Akhiqaners