ISLAM, TERORIS ATAU KORBAN TERORISME?
Tak
ayal lagi Islam saat ini menjadi bulan-bulanan para penyandang suatu
kepentingan tertentu. Hal itu terbukti dengan sering kali pemeluk agama
Islam dipojokkan dengan berbagai tuduhan keji yang salah alamat.
Tudingan tersebut acap kali dilontarkan karena agama Islam sendiri tidak
menolelir suatu kepentingan yang memihak kepada salah satu pihak yang
diuntungkan. Namun dalam Islam sendiri terdapat prinsip yang harus terus
digaungkan, yakni keadilan sosial tanpa pandang bulu.
Islam merupakan agama rahmatan lil alamin,
mengedepankan perdamaian daripada pertikaian dan perdebatan,
mengutamakan perihal maslahat dari mudharat, mengajarkan kasih sayang
dan kepedulian, yang semua itu menjadikan Islam agama yang penuh
kedamaian dan bukan kekerasan. Sangat tidak layak dituduhkan, ketika ada
segelintir orang muslim yang mengerjakan suatu kejahatan, stigma atau
label buruk langsung diberikan bahwa Islam lah yang mengajarkan
demikian. Harusnya mereka mendalami terlebih dahulu bagaimana ajaran
Islam yang sesungguhnya
Baru-baru
ini kita diperdengarkan kembali isu terorisme yang marak digoreng oleh
beberapa media. Mengapa isu terorisme ini heboh dalam waktu tertentu
saja. Mengapa isu terorisme ini selalu menjadi bahan yang hangat untuk
diperbicangkan. Apakah isu terorisme ini ada musimnya, dengan sarat
kepentingan tertentu untuk pengalihan isu semata, sehingga kita bisa
mendeteksi kapan munculnya hal tersebut. Banyak sekali media yang
menyampaikan sebuah narasi yang seringkali menunjukkan legitimasi
kelompok Islam sebagai teroris. Padahal hakikatnya Islam tidak pernah
mengajarkan seperti itu.
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kita menemukan makna terorisme adalah ‘penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan’.
Bila kita merujuk pada makna yang terdapat pada KBBI, maka definisi
seperti ini tidak dapat kita kaitkan dengan kelompok manapun, bahkan
pemegang kekuasaan pun dapat dikatakan terorisme ketika membuat sebuah
kekacauan untuk kepentingan politik dan kekuasaannya.
Polemik keberadaan istilah teror dalam
politik Islam telah ada sejak zaman kekhalifaan Usman bin Affan yang
mana saat itulah berbagai fitnah dilayangkan oleh sekelompok orang untuk
memperkeruh suasana Islam. Sebagaimana dalam salah satu riwayat
disebutkan bahwa tidaklah terbuka pintu fitnah kecuali sepeningal Umar bin Khattab. Umar
bin Khattab adalah pintu penutup dari terbukanya fitnah. Fitnah dalam
politik Islam muncul hanya ketika meninggalnya Khalifah Umar Bin
Khattab. Secara historis ini lah permulaan keberadaan teror dan fitnah
dalam politik Islam, namun tidak berarti Islamlah yang mengajarkan untuk
membuat sebuah teror dan fitnah, Hal ini dapat dibuktikan bahwa Islam
sendiri tidak memiliki ajaran tersebut.
Ketika
kita menilik sejarah kita akan menemukan tokoh-tokoh yang sangat keras
dalam melakukan fitnah, teror bahkan membunuh ratusan juta orang untuk
memuluskan hasratnya, diantaranya Hitler, Joseph Stalin, Mao Zedong,
Benito Musollini, dan lain sebagainya. Mengapa diantara mereka tidak
terdapat stigma teroris yang disematkan. Bukankah perbuatan mereka
terlalu keji bila dirasionalkan. Kita tidak menemukan satupun kata
teroris yang disebutkan dalam agama lain. Lain halnya ketika Islam yang
tertuduh, maka dunia heboh mengecap Islam sebagai teroris, layaknya
semut yang menemukan gula kemudian memanggil koloninya.
Dari
berbagai pemeran terorisme di atas maka kita dapat melihat bahwa
terorisme tidaklah menyandang suatu agama tertentu, namun terorisme
muncul dari oknum tertentu yang memiliki kepentingan dan dengan cara
meneror agar tujuan mereka dapat tercapai. Begitupun dengan Islam, Islam
bukanlah teroris dan teroris bukanlah Islam. Pengerucutan isu terorisme
yang selalu ditujukan kepada Islam berawal dari insiden WTC pada 2001
yang mana ini merupakan momen strategis untuk menjadikan Islam sebagai
kambing hitam oleh para oknum-oknum tertentu yang benci terhadap
perkembangan Islam.
Betapa
banyak media heboh karena kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok
orang yang beragama Islam dan sangat bungkam ketika hal tersebut
dilakukan oleh non muslim sendiri. Terkadang kita sebagai seorang muslim
harus berlaku kritis terhadap opini media yang disampaikan, baik media
cetak maupun elektronik. Karena tidak ada media lain yang dapat
meng-counter opini tersebut, maka semua ini berakibat pada tersudutnya
Islam dengan berbagai istilah terorisme yang sangat merugikan Islam.
Mereka yang suka menuduh Islam dengan teroris, justru mereka adalah teroris sebenarnya, karena teror dan fitnah tersebut tidak dapat dibuktikan secara riil pada Islam. Sebab Islam sendiri tidak pernah mengajarkan terorisme bahkan dalam perang yang pastinya dengan kekerasan, Islam memiliki etika di dalamnya. Banyak di antara oknum yang mengatakan bahwa salah satu tuduhan bahwa Islam mengajarkan terorisme berkaitan dengan masalah jihad. Ini merupakan fitnah yang luar biasa hebatnya. Jihad berasal dari bahasa Arab yaitu jahada yang artinya adalah bersungguh-sungguh. Yaitu sungguh-sungguh dalam melawan kejahatan. Perbedaan signifikan yang kita temukan adalah bahwa jihad adalah melawan kejahatan bukan melakukan kejahatan. Dan perlu diketahui bahwa justru oknum yang sering menuduh dengan teroris malah sering kali melakukan tindakan teror.
Author : Akhiqaners